Laman

Senin, 03 Juni 2013

Payung Geulis Kota Tasikmalaya

Payung Geulis merupakan ikon dari Kota Tasikmalaya yang keberadaannya hampir punah. Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1926 dipakai oleh none–none Belanda. Payung geulis yang terbuat dari bahan kertas dan kain mengalami masa kejayaan pada era 1955 sampai 1968. Namun masa kejayaan itu berangsur-angsur surut setelah pemerintah pada tahun 1968 menganut politik ekonomi terbuka. Sehingga payung buatan pabrikan dari luar negeri masuk ke Indonesia. Hal ini berdampak pada hancurnya usaha kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Usaha kerajinan ini mulai bersinar kembali sejak tahun 1980-an. Para perajin mulai membuka kembali usaha pembuatan payung walau dalam jumlah kecil.
Agar kerajinan ini dapat terus bertahan, Pemerintah Kota Tasikmalaya telah melakukan berbagai pembinaan, diantaranya pelatihan dan bantuan peralatan agar pengrajin dapat meningkatkan kualitas. Pemerintah Kota Tasikmalaya juga membuat peraturan untuk mewajibkan penggunaan payung geulis sebagai hiasan depan pintu disetiap hotel, perkantoran dan rumah makan yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya.
Payung merupakan alat pelindung dari hujan dan panas sedangkan Geulis memiliki arti elok atau molek sehingga Payung Geulis memiliki arti payung cantik yang bernilai estetis. Terdapat dua motif payung geulis yaitu motif hias geometris berbentuk bangunan yang lebih menonjol seperti garis lurus, lengkung dan patah-patah, dan motif hias non geometris diambil dari bentuk alam seperti manusia, hewan dan tanaman.
Payung geulis ini rangkanya terbuat dari bambu. Setelah dirangkai dan dipasangi kain dan kertas, ujung payung dirapikan dengan menggunakan kanji. Agar menarik, rangka bagian dalam diberi benang warna–warni. Proses pembuatan payung ini bergantung pada sinar matahari, karena setelah diberi kanji, payung dijemur hingga keras. Payung kemudian diberi warna, serta dilukis dengan corak bunga. Semua proses pembuatan payung geulis dibuat secara manual dengan buatan tangan/handmade kecuali gagang payung dibuat dengan menggunakan mesin. 
Pembuat payung geulis ini, umumnya para orang tua yang menguasai kerajinan ini secara turun temurun. Saat ini nyaris hanya sedikit pengrajin yang masih menekuni pembuatan payung ini, hanya lima unit usaha. Para pengrajin payung geulis berdomisili di Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. 
Harga payung ini di pasaran lokal sangat murah. Untuk satu payung ukuran kecil hanya dihargai Rp. 20.000, sedangkan ukuran sedang sampai ukuran besar berkisar Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000. Pesanan terbanyak saat ini datang dari Bali dan Jakarta.

Terhambatnya perkembangan usaha perajin payung karena perajin belum mau melakukan inovasi dan kreativitas produk dan masih tetap mempertahankan model dan motiflama; Para generasi muda enggan menekuni kerajinan membuat payung ini karena upahnya sangat kecil, membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam proses pembuatannya dan payung hanya dibuat berdasarkan pesanan; Pemasaran payung geulis masih terbatas; dan modal usaha yang masih terbatas.

Pengrajin Payung Geulis
Payung Geulis dijadikan sebagai objek fotografi

Sentra Payung Geulis
Jl. Panyingkiran Indihiang Kota Tasikmalaya

Senin, 27 Mei 2013

Kelom Geulis~Sandal Kayu Cantik

Kelom Geulis awalnya dikenal sebagai sandal bakiak (sandal kayu) yang banyak digunakan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sandal bakiak sendiri sampai sekarang masih sering terlihat digunakan di masjid-masjid sebagai alas kaki dari tempat wudlu ke tempat sholat. Berkat tangan-tangan kreatif masyarakat Kota Tasikmalaya dan cita rasa yang tinggi terhadap seni, sandal kayu bakiak tersebut disulap menjadi “Kelom Geulis”. Kata Kelom Geulis berasal dari serapan dua bahasa yang berbeda, kata Kelom berasal dari Bahasa Belanda yaitu Kelompen yang artinya sandal kayu, sedangkan kata Geulis berasal dari Bahasa Sunda yang artinya cantik. Jadi, Kelom Geulis adalah sandal kayu cantik.

Ciri khas yang membuat Kelom Geulis Kota Tasikmalaya menjadi cantik, menarik, dan unik adalah karena pembuatannya masih tradisional menggunakan tangan (hand made). Kelom geulis terbuat dari bahan baku kayu mahoni, kisampang, dan albasiah yang banyak terdapat di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya. Agar terlihat lebih cantik kelom di berikan hiasan. Hiasan kelom geulis umumnya adalah hiasan ukiran dengan motif bunga. Sekarang ini, terdapat juga kelom dengan menggunakan hiasan cat air brush, bordiran dan juga hiasan batik atau yang lebih di kenal dengan Kelom Batik.

Pembuatan kelom geulis melalui proses yang cukup panjang dan lumayan lama. Tahap pertama, bahan baku kayu dipotong kemudian dipola dan dibentuk menggunakan golok dan sugu. Tahap selanjutnya kayu yang sudah dibentuk atau istilah yang biasa disebut oleh pengrajin kelom yaitu bodasan harus dikeringkan dengan cara dijemur memanfaatkan panas cahaya matahari. Pengeringan awal ini berfungsi untuk mengilangkan kadar air yang terdapat dalam kayu sebelum diproses selanjutnya. Kayu yang sudah dipotong dan dikeringkan kemudian diampelas untuk memperhalus permukaan, setelah diampelas dilakukan proses pendempulan dan sanding (penyemprotan dengan menggunakan zat kimia/hardener), yang berfungsi untuk menutupi pori-pori pada permukaan kayu. Tahap selanjutnya adalah proses pengecatan, proses pengecatan terdiri dari pengecatan awal atau pengecatan warna dasar dan pengecatan air brush untuk mewarnai motif-motif pada kelom geulis, selanjutnya dilakukan pengeringan dengan memanfaatkan panas cahaya matahari. Setelah dilakukan pengeringan, kemudian dilakukan pemasangan permukaan atas dan aksesoris lainnya untuk mempercantik kelom geulis.

Kelom Geulis banyak diproduksi sebagai industri rumah tangga (home industry). Sentra produksi kerajinan Kelom Geulis di Kota Tasikmalaya terdapat di Kel. Setiamulya dan Kel. Mulyasari Kec. Tamasari Gobras. Kelom Geulis produk Kota Tasikmalaya sudah terkenal tidak hanya cakupan nasional tetapi juga internasional. Kelom geulis telah di ekspor ke wilayah Asia Tenggara, Korea, Jepang, Afrika, Panama, Timur Tengah dan sebagian wilayah Eropa.


Kelom Geulis Ukir
Kelom Geulis Batik dan Bordir
Kelom Geulis Air Brush
Kelom Geulis Air Brush
Kelom Geulis Modern Rainbow

Kemol Geulis Modern Ukir 
Tas Kelom Geulis
Koleksi Kelom Geulis


Kamis, 23 Mei 2013

Batik Tasikmalaya


Sekilas Awalmula Batik di Indonesia
Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Pada masa itu sering terjadi peperangan dalam memperebutkan wilayah kekuasaan, oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia I habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran agama Islam, banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda.

Masuknya Batik ke Tasikmalaya
Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun, maka diperkirakan di daerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum di sana yang berguna untuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan adalah Kec. Sukaraja Kab. Tasikmalaya, Kec.Indihiang dan Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya.
Sekitar awal abad ke-18 akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus yang merantau ke daerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju ke arah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah pembuatan batik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Selain dipengaruhi oleh batik keraton, batik Tasikmalaya juga dipengaruhi pula oleh batik Cirebon. Menurut sejarah, masuknya pengaruh batik Cirebon disebabkan adanya penerapan kerja paksa atau kerja rodi terhadap masyarakat Cirebon. Hal tersebut mendorong sebagian masyarakat Cirebon pindah ke daerah Tasikmalaya tepatnya di desa Sukaraja, masyarakat Cirebon yang tinggal menetap di Tasikmalaya membuat batik sebagai mata pencaharian sehari-harinya. Kegiatan membuat batik diikuti oleh masyarakat Tasikmalaya.
Masa Keemasan dan Masa Kelam Batik di Tasikmalaya
Pusat batik di Tasikmalaya adalalah Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Indihiang, dan Kecamatan Cipedes. Usaha batik di Tasikmalaya mencapai masa keemasan di tahun 1960 sampai dengan akhir 1980. Pada waktu itu di Tasikmalaya terdapat lebih dari 350 pengrajin batik, dengan ribuan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya wadah pengusaha batik bernama “Koperasi Mitra Batik” yang memproduksi sendiri bahan dan peralatan serta melakukan pemasaran secara mandiri. Pada masa itu batik Tasikmalaya banyak digemari oleh para pembeli baik dari dalam kota maupun dari luar Kota Tasikmalaya, karena motif batiknya yang cantik, unik, menarik, dan pilihan corak warna yang indah.
Puncak masa surut saat memasuki tahun 90-an, batik Tasikmalaya kian tersisih. Banyak perusahaan gulung tikar dan meninggalkan usaha batik. Hal ini terjadi karena mulai merambahnya batik hasil printing ke pasaran dengan harga yang jauh lebih murah. Motif – motif batik khas Tasikmalaya banyak dijiplak menggunakan printing. Semua itu tentu saja berdampak pada makin berkurangnya produksi batik tradisional atau yang lebih dikenal dengan batik tulis. Meski begitu, terdapat beberapa pengrajin yang masih bertahan memproduksi batik tradisional sampai sekarang. Saat ini terdapat 40 unit pengusaha batik tradisional yang terdapat di Kec. Indihiang dan Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya dan Kec. Sukaraja Kab. Tasikmalaya.

Koperasi Mitra Batik (Foto Koleksi A Basrah Enie)

Pabrik Peninggalan Koperasi Mitra Batik

Sesepuh Sang Juru Selamat Batik Tasik
Batik Cap Tasik
Batik Kombinasi Tulis dan Cap Tasik










Senin, 20 Mei 2013

Bordir Produk Unggulan Kota Tasikmalaya


Seni Kerajinan Bordir di Kota Tasikmalaya sudah ada sejak tahun 1980-an, pada awalnya kerajinan bordir masuk ke Kota Tasikmalaya berasal dari orang cina yang menjual tekstil dengan motif dari bordir. Pada mulanya bordir hanya diaplikasikan pada kebaya dan taplak meja. Definisi bordir menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah hiasan jeratan benang pada kain.

Seiring dengan perkembangan zaman dan berkat keuletan serta keapikan masyarakat Kota Tasikmalaya, dan juga kultur masyarakat Kota Tasikmalaya yang religi, seni kerjinan bordir mulai diaplikasikan pada kerudung, tunik, mukena, koko, gamis, hingga busana sehari-hari yang dihisiasi bordiran manarik.

Industri bordir telah lama berkembang di Tasikmalaya khususnya di Desa Tanjung, Cilamajang, Karsamenak, Cibeuti, Talagasari, Karanganyar dan Karikil yang berada di Kecamatan Kawalu. Hampir seluruh desa di Kecamatan Kawalu membuat produk kerajinan bordir khususnya busana muslim. Perkembangan seni kerajinan bordir di Kota Tasikmalaya begitu pesat, sampai saat ini terdapat lebih kurang 1500 unit usaha pada Tahun 2009 dan mampu menyerap lebih dari 12.000 tenaga kerja yang tersebar diseluruh wilayah Kota Tasikmalaya. Tidaklah heran apabila bordir merupakan produk unggulan khas Kota Tasikmalaya dan sudah menjadi icon yang terkenal sampai ke mancanegara.

Produk bordir khas Kota Tasikmalaya sudah merambah ke seluruh pasar yang ada di Indonesia, adapun beberapa pasar besar yang merupakan wilayah pemasaran produk kerajinan bordir Kota Tasikmalaya, yaitu : Pasar Tanah Abang Jakarta, Pasar Baru Trade Center Bandung, Pasar Tegal Gubug Cirebon, Pasar Klewer Solo, Pasar Turi Surabaya, Lampung, Medan, Aceh, Pontianak, Jambi, Bengkulu, Makassar, Manado, Lombok, Bali, bahkan menembus pasar internasional diantaranya, ekspor ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Mesir, Afrika dan juga Australia.








Rabu, 15 Mei 2013

Sejarah dan Pembentukan Kota Tasikmalaya


Logo Kota Tasikmalaya
Sejarah
Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten induknya. Sebelumnya, kota ini merupakan ibukota dari kabupaten Tasikmalaya, kemudian meningkat statusnya menjadi kota administratif tahun 1976, pada waktu A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya, dan kemudian menjadi pemerintahan kota yang mandiri pada masa Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh bupatinya saat itu H. Suljana W.H.
Sang Mutiara dari Priangan Timur itulah julukan bagi kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak pada 108° 08′ 38″ – 108° 24′ 02″ BT dan 7° 10′ – 7° 26′ 32″ LS di bagian Tenggara wilayah Propinsi Jawa Barat. Kota ini dahulu adalah sebuah kabupaten, namun seiring dengan perkembangan, maka terbentuklah 2 buah bentuk pemerintahan yaitu Pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kota Tasikmalaya.
Tonggak sejarah lahirnya kota Tasikmalaya, mulai di gulirkan ketika Kabupaten Tasikmalaya di pimpin oleh A. Bunyamin, Bupati Tasikmalaya periode tahun 1976 – 1981. Pada saat itu melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 diresmikanlah Kota Administratif Tasikmalaya oleh Menteri Dalam Negeri yang pada waktu itu dijabat oleh H. Amir Machmud. Walikota Administratif pertama adalah Drs. H. Oman Roosman, yang dilantik oleh Gubernur Jawa barat, H. Aang Kunaefi
Pada awal pembentukannya, wilayah kota Administratif Tasikmalaya meliputi 3 Kecamatan yaitu Cipedes, Cihideung dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa.
Kemudian pada tahun 2001, dirintislah pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya oleh Bupati Tasikmalaya, Kol. Inf. H. SuIjana Wirata Hadisubrata (1996 – 2001), dengan membentuk sebuah Tim Sukses Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata SH. Melalui proses panjang akhirnya dibawah pimpinan Bupati Drs. Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, Pembentukan pemerintahan Kota Tasikmalaya sebagai pemerintahan daerah otonom ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI di Jakarta bersama-sama dengan kota Lhoksumawe, Langsa, Padangsidempuan, Prabumulih, Lubuk Linggau, Pager Alam, Tanjung Pinang, Cimahi, Batu, Sikawang dan Bau-bau. Selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2001 pelantikan Drs. H. Wahyu Suradiharja sebagai Pejabat Walikota Tasikmalaya oleh Gubernur Jawa Barat dilaksanakan di Gedung Sate Bandung.
Melalui Surat Keputusan No. 133 Tahun 2001, tanggal 13 Desember 2001 Komisi Pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Tasikmalaya (PPK-DPRD), selanjutnya pengangkatan anggota DPRD Kota Tasikmalaya disahkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat, No. 171/Kep.380/Dekon/2002, tanggal 26 April 2002, dan pada tanggal 30 April 2002 keanggotaan DPRD Kota Tasikmalaya pertama diresmikan. Kemudian pada tanggal 14 November 2002, Drs. H. Bubun Bunyamin dilantik sebagai Walikota Tasikmalaya, sebagai hasil dari tahapan proses pemilihan yang dilaksanakan oleh legislatif.
Sesuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 bahwa wilayah Kota Tasikmalaya terdiri dari 8 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan sebanyak 15 dan Desa sebanyak 54, tetapi dalam perjalanannya melalui Perda No. 30 Tahun 2003 tentang perubahan status Desan menjadi Kelurahan, desa-desa dilingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya berubah statusnya menjadi Kelurahan, oleh karena itu maka jumlah kelurahan menjadi sebanyak 69 kelurahan, sedangkan kedelapan kecamatan tersebut antara lain :
  • Kecamatan Tawang
  • Kecamatan Cihideung
  • Kecamatan Cipedes
  • Kecamatan Indihiang
  • Kecamatan Kawalu
  • Kecamatan Cibeureum
  • Kecamatan Mangkubumi
  • Kecamatan Tamansari

Pemerintahan
Kota Tasikmalaya diresmikannya sebagai Kota Administratif Tasikmalaya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976, dengan Walikota Administratif Pertama yaitu Drs. H. Oman Roosman yang dilantik oleh Gubernur Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada awal pembentukannya, wilayah Kota Administratif Tasikmalaya meliputi 3 Kecamatan yaitu Cipedes, Cihideung, dan Tawang dengan jumlah desa sebanyak 13 desa.[1]
Pembentukan pemerintahan Kota Tasikmalaya sebagai pemerintahan daerah otonom ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, bersama-sama dengan Kota LhokseumaweKota LangsaKota Padang SidempuanKota PrabumulihKota Lubuk LinggauKota Pagar AlamKota Tanjung PinangKota CimahiKota BatuKota Singkawang, danKota Bau-Bau, selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2001, Drs. H. Wahyu Suradiharja dilantik sebagai Penjabat Walikota Tasikmalaya oleh Gubernur Jawa Barat dilaksanakan di Gedung Sate Bandung.
Melalui Surat Keputusan No. 133 Tahun 2001, tanggal 13 Desember 2001 Komisi Pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Tasikmalaya (PPK-DPRD), selanjutnya pengangkatan anggota DPRD Kota Tasikmalaya disahkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat, No. 171/Kep.380/Dekon/2002, tanggal 26 April 2002, dan pada tanggal 30 April 2002 keanggotaan DPRD Kota Tasikmalaya pertama diresmikan. Kemudian pada tanggal 14 November 2002, Drs. H. Bubun Bunyamin dilantik sebagai Walikota Tasikmalaya, sebagai hasil dari tahapan proses pemilihan yang dilaksanakan oleh legislatif.
Sesuai Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 bahwa wilayah Kota Tasikmalaya terdiri dari 8 kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 15 dan desa sebanyak 54, kemudian melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 30 Tahun 2003 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan, desa-desa di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya berubah statusnya menjadi kelurahan, maka jumlah kelurahan menjadi sebanyak 69 kelurahan, selanjutnya kecamatan di Kota Tasikmalaya dimekarkan lagi sehingga menjadi sepuluh kecamatan.
Berikut ini urutan pemegang jabatan Walikota Administratif Tasikmalaya, dari terbentuknya Kota Administratif sampai menjelang terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya:
  1. Oman Roesman (1976-1985)
  2. Yeng Ds. Partawinata (1985-1989)
  3. R. Y. Wahyu (1989-1992)
  4. Erdhi Hardhiana (1992-1999)
  5. Bubun Bunyamin (1999-2007)
  6. Syarif Hidayat (2007-2012)
  7. Drs. H. Budi Budiman (2012-2017)

Batas Wilayah
  • Sebelah Utara : Kec. Cisayong dan Kec. Sukaratu Kab. Tasikmalaya, Kec. Cihaurbeuti dan Kec. Cikoneng Kab. Ciamis;
  • Sebelah Timur : Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya
  • Sebelah Selatan : Kec. Jatiwaras dan Kec. Sukaraja Kab. Tasikmalaya
  • Sebelah Barat : Kec. Singaparna, Kec Sukarame, Kec. Sukaraja Kab. Tasikmalaya
Perekonomian
Hampir 70%, pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di priangan timur dan selatan berada di kota Ini. Priangan Timur dan selatan yakni membentang dari Kota Banjar di ujung timur jawa barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Sukabumi di ujung barat jawa barat, Wilayah priangan timur dan selatan ini mencapai 40% total keseluruhan wilayah Jawa Barat, itu artinya sepertiga lebih dari pusat perekonomian yang ada di Jawa Barat berada di Kota ini. Oleh karena itu, sangat cocok bagi para investor baik itu bidang perhotelan, sarana dan prasarana, pusat perbelanjaan untuk menanamkan modalnya di kota priangan timur ini. Kota Tasikmalaya membuka peluang yang sebesar - besarnya bagi para investor untuk berinvestasi di kota ini. Kota Tasikmalaya sendiri berpenduduk sekitar 617 ribu sehingga sangat potensial untuk dijadikan pangsa pasar investasi.
Kota Tasikmalaya memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara maksimal misalnya industri bordir yang sudah mendunia, tetapi sekarang pemerintah kota mulai membuat suatu tempat pameran bordir untuk para pengrajin Tasik, yang berlokasi di Kawalu.Kota Tasikmalaya terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa di wilayah provinsi Jawa Barat. Kota ini juga memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan kota-kota besar lainnya yang cenderung stagnan atau jalan di tempat tanpa ada pembangunan yang berarti atau signifikan. Oleh karena itu, para investor baik itu investor lokal maupun asing yang akan menanamkan modalnya perlu melirik kota ini sebagai salah satu kota yang sangat potensial dan strategis untuk mengembangkan usaha. Bagi para investor lokal yang akan melakukan ekspansi atau perluasan cabang dapat menjadikan kota ini sebagai salah satu pilihan terbaik. Bagi investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, kota ini dapat dijadikan basis usaha baru. Di Indonesia, kawasan potensial saat ini harus dikembangkan ke daerah-daerah sehingga pembangunan dapat lebih merata, saat ini kawasan industri hanya terpusat di Jabodetabek,SurabayaSemarang dan Bandung, hal ini dapat menyebabkan kawasan tersebut menjadi jenuh dan tidak terkendali. Oleh karena itu, Kota ini dengan tangan terbuka membuka kesempatan yang sangat besar bagi para investor untuk menanamkan modalnya di kota ini. Bidang-bidang yang sangat potensial di kota ini diantaranya adalah bidang perhotelan, perbankan, pusat perbelanjaan baru, pusat pendidikan, pusat wisata belanja dan pusat industri. Sebagai kota besar yang berkembang pesat dan kota yang memiliki segudang potensi alam, pusat belanja dan oleh-oleh, pusat budaya maupun seni, sebagai tempat perhelatan acara-acara akbar seperti festival, kejuaraan nasional, pusat kuliner, dan tujuan pendidikan utama, kota ini masih minim jumlah hotel yang representatif dibandingkan kota-kota besar lainnya, oleh karena itu bidang perhotelan sangat cocok untuk dikembangkan di kota ini. Kota Tasikmalaya masih membutuhkan banyak jumlah hotel baru untuk lebih memajukan geliat ekonomi di kota ini.